Jakarta, CNN Indonesia —
Hiruk pikuk dan ceria masyarakat yang mudik memberikan asa cuan bagi sebagian orang. Salah satunya, bagi para porter pengangkut barang bawaan penumpang kereta api.
Arief misalnya. Porter berusia 37 tahun yang biasa mangkal di Stasiun Gambir ini bercerita momen mudik Lebaran merupakan waktu yang ditunggu oleh para pekerja sepertinya.
Maklum, selama 5 tahun bekerja sebagai porter, pada momen inilah biasanya dia dan teman-temannya menerima lonjakan permintaan jasa angkut barang dari penumpang kereta.
Lonjakan itu katanya, cukup memberikan harapan bagi pekerja dengan penghasilan tak menentu seperti dirinya.
Saat ditemui CNNIndonesia beberapa waktu lalu Arief bercerita pada momen mudik Lebaran ini dirinya bisa mengantongi pendapatan sampai dengan Rp150 ribu per hari.
“Untuk sekarang, bisa sentuh Rp150 ribu. Biasanya itu, sekitar Rp80 ribuan aja,” tutur Arief.
“Suka duka lebih ke tidak tentunya aja pendapatannya, kadang bagus, kadang kurang juga. Tapi kalau sekarang ini bisa lah dibilang bagus,” tambahnya.
Segendang sepenarian dengan Arief, kegembiraan sama juga dirasakan oleh Yunus. Lelaki yang sudah bekerja sebagai porter sejak 12 tahun lalu ini bercerita lebaran ini merupakan salah satu yang paling manis bagi porter seperti dirinya.
Pasalnya, ia menerima banjir permintaan jasa angkut dari penumpang kereta. Tak hanya banjir permintaan, ia juga mendapat keberuntungan.
Beberapa penumpang baik hati memberikan ongkos angkut di luar kebiasaan; Rp200 ribu sekali angkut meskipun barang yang dibawa tidak seberapa.
Memang rezeki seperti itu tidak selalu terjadi. Hanya penumpang-penumpang tertentu saja yang berbaik hati mau memberikan uang lebih kepadanya.
Tapi, ia merasa itu adalah anugerah terindah bagi seorang porter seperti dirinya.
“Dari 2012 mas (mulai kerja). Ya tahu sendiri mas, kerja seperti ini tidak tentu kan ya hasilnya, cuman kalau untuk lebaran ini cukup baik buat saya dan keluarga,” ujar Yunus
“Saya kemarin-kemarin ini sampai Rp180 ribu. Dulu pernah dapat rezeki juga, satu orang ada yang ngasih Rp200 ribu,” kata Yunus.
Yunus mengatakan selain mudik Lebaran sebenarnya ada momen lain yang paling ditunggu porter sepertinya; tahun baru dan liburan sekolah. Momen-momen itu biasanya permintaan jasa angkut barang bawaan penumpang kereta naik.
Tak hanya Arief dan Yunus. Keceriaan sama juga dialami oleh Basuki (54), porter si Stasiun Senen.
Dengan sigap ia menghampiri setiap mobil yang datang di lobi Stasiun Pasar Senen, Jakarta di mudik Lebaran tahun ini. Lelaki yang sudah bekerja sebagai porter di Stasiun Senen selama belasan tahun ini menawarkan jasa mengangkut barang pada setiap penumpang dengan harapan mendapatkan imbalan.
“Mas tujuan kemana? Ayo dibantu [angkut],” sapa Basuki ke penumpang yang baru turun dari mobil pada Sabtu (6/4).
Sapaan itu kadang berbuah manis. Penumpang mengangguk dan ia masuk ke dalam mengantarkan barang.
Kadang juga pupus saat sang penumpang menggelengkan kepala. Kalau sudah begitu, ia pun kembali berdiri dan menunggu penumpang lain.
Basuki selalu antusias menunggu musim mudik yang bisa membuatnya membawa uang lebih ke rumah.
Dengan gigih ia berdiri menunggu. Tangan keriputnya selalu siaga mengantarkan barang bawaan penumpang hingga ke kabin kereta.
Perawakannya kecil, namun tak bisa dianggap remeh. Basuki mampu mengangkat empat tas sekaligus dalam sekali angkat.
“Dipanggul di pundak satu tas, selempang di tangan bisa dua, koper digeret di tangan kiri,” terangnya.
Jumlah penumpang di Stasiun Pasar Senen saat musim mudik sudah pasti lebih banyak dari biasanya. Tapi, membludaknya penumpang tak begitu berpengaruh terhadap pemasukan Basuki.
Bukannya pemasukan Basuki tak bertambah saat musim mudik. Hanya saja, lanjut dia, jika pun ada penambahan, jumlahnya tak terlalu signifikan.
Salah satu pasalnya, tak semua pemudik tertarik menggunakan jasa porter.
“Ramai doang. Tapi, kan, enggak semua orang mau [pakai jasa porter],” ujar Basuki.
“Tapi, kalau dibilang [pemasukan] naik, sih, naik. Biasanya Rp100 ribu – 200 ribu, ya, sekarang bisa Rp300 ribu lah,” tambah Basuki.
Ongkos angkut barang-barang bawaan ke dalam juga bervariasi. Biasanya, dalam sekali angkut, Basuki bisa mendapatkan kocek sebesar Rp20 ribu – 30 ribu.
“Biasanya saya tawarin dulu Rp30 ribu. Kadang ada juga yang masih nawar jadi Rp20 ribu gitu. Ya udah, saya ambil aja. Penumpang, kan, uangnya juga beda-beda,” ujarnya.
(mnf/wlm)